Tulisan kedip

Kamis, 28 Oktober 2010

HARI KELIMA

Allah menciptakan manusia hanyalah untuk beribadah :
Wamaa khalaqtul jinna wal insa illa liya'buduun.
Beribadah bukan berarti harus selalu menjalankan hal-hal yang wajib saja atau sunnah saja, segala kegiatan kita akan bernilai ibadah tatkala kita niati ibadah.
Sebagai manusia kita tentunya sering melakukan kesalahan dan kekhilafan, karena manusia tempatnya khilaf dan lupa, karenanya kita harus senantiasa berusaha untuk selalu memohon ampun dan berusaha mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Allah berfirman:

HARI KEEMPAT

Orang yang Bangkrut di Akhirat sebagaimana dalam firman Allah SWT.

54. dan kalau Setiap diri yang zalim (musyrik) itu mempunyai segala apa yang ada di bumi ini, tentu Dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka membunyikan [698] penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu dan telah diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dianiaya.
[698] Sebagian ahli tafsir ada yang mengartikan asarru dengan melahirkan.

HARI KETIGA

KEIKHLASAN DALAM AMAL DAN CARA MENDAPATKANNYA
Hingga hari pembalasan, setan telah berjanji untuk menyesatkan manusia, untuk mengajak mereka ke dalam barisannya. Sebagaimana dinyatakan Allah,

“Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.” (al-Mujaadalah [58]: 19)
Setan telah berhasil membujuk mereka yang menafikan keberadaan Allah. Ia telah menjebak manusia dari segala sisi, membuat mereka lupa kepada Allah, dan memperoleh penghambaan yang mutlak dari mereka. Karena itulah, orang-orang ini masuk ke dalam barisan setan, sebagai makhluk yang mengajak orang lain kepada keingkaran, dosa, dan kejahatan.
Hubungannya dengan keikhlasan ini, maka tidak akan bisa lepas dengan masalah niat. Niat adalah keinginan atau kehendak hati. Nabi bersabda:
إنما الأعمال بالنيات و إنما لكل امرء ما نوى
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan apa yang ia niatkan.
Sabda Nabi: "Niat seseorang itu lebih baik daripada amalannya."
Maksudnya: Berniatkan sesuatu yang tidak jadi dilakukan sebab adanya halangan yang tidak dapat dihindarkan itu adalah lebih baik daripada sesuatu kelakuan yang benar-benar dilaksanakan, tetapi tanpa disertai niat apa-apa.

HARI KEDUA

Salah satu contoh untuk bisa saling tolong menolong adalah dengan cara

254. Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at[160]. dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim. (Al Baqarah ayat 254)

[160] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

HARI PERTAMA

“Manusia adalah mahluk sosial”
Tampaknya setiap orang sepakat dengan kalimat diatas. Manusia adalah mahluk sosial, dalam arti manusia tidak mungkin dan tidak akan mungkin hidup tanpa membutuhkan keberadaan manusia yang lain, baik dalam rangka saling tolong menolong, saling memenuhi kebutuhan, saling melaksanakan kepentingan maupun hanya sekedar memperkuat persahabatan dan pergaulan. Demikian juga dalam islam, islam pun mengakui bahwa manusia diciptakan dalam keadaan sangat kompleks. Hal ini bertujuan agar kita saling mengenal dan berinteraksi dengan manusia yang lain sesuai dengan firman Allah S.W.T

Jumat, 09 April 2010

UJIAN NASIONAL

Carut marutnya Ujian Nasional merupakan hasil dari sebuah sistem yang sebelah mata dalam membijakinya, kadang tidak salah jika sementara pendapat menyatakan bahwa Ujian Nasional tidak mereprentasikan keberhasilkan putra didik,
logika pertama yang sangat membenarkan pernyaataan tersebut adalah karena Ujian Nasional merupakan sisi yang mencerminkan cognitive siswa dan lepas dari psikomotorik apalagi afektif, padahal penilaian secara sepaurna mebutuhkant tiga ranah tersebut. Logika kedua jika ada anak tidak berhasil karena pada saat melakasanakan Ujian Nasional tertekan psikisnya kemudian down pada saat ujian kemudian tidak berhasil padahal sebelumya pandai apakah ini hasil penilaian yang sepurna, apakah fonis tidak berhasil ini merupakan suatu kebenaran, tentu tidak menurut akal yang sehat. Logika ketiga penilain pusat yang tidak mengikut sertakan guru sangat tidaklah layak karena secara relistis yang menjiwai yang mengetahui kejiwaan kepandaian kecerdasan suasana siwa adalah guru, kemudian guru ditinggal begitu saja tanpa campur tangannya yang sebenarnya tahu jati diri siswa dan keputusannya beda dengan kenyataan dan siswa yang jadi korban kebiadapan kebijakan yang tidak logis kemudian siapa yang bertanggung jawab?