Tulisan kedip

Rabu, 05 Agustus 2009

Rasulullah Teladan Kita

I. Pendahuluan

Nama Nabi Muhammad SAW adalah nama yang sangat akrab bagi setiap muslim dimana pun mereka berada, setiap adzan dan sholat nama beliau pasti selalu disebut. Kisah sejarah beliau selalu diceritakan baik dalam pelajaran agama Islam atau pun dibacakan oleh orang-orang tua kita, dalam kajian siraman-siraman ruhani Siroh Nabawiyah menjadi wacana yang sering dikaji.

Beragam jenis media dipergunakan untuk memperluas informasi tentang Rasul SAW yang mulia ini. Mulai dari buku Siroh Nabawiyah untuk umum hingga khusus untuk anak-anak. Bahkan kini ada dalam bentuk film. Semua itu ditujukan agar setiap muslim memiliki pengetahuan yang lengkap tentang nabinya dan memupuk kecintaan kepada Rasulullah Muhammad SAW sehingga menjadikannya panutan teladan.

Namun sungguh disayangkan, belakangan ini siroh nabawiyah seringkali hanya menjadi bagian dari kisah-kisah nabi yang harus diketahui oleh seorang muslim. Untuk menjadikan beliau model perilaku seorang muslim sering terlewatkan. Beliau dianggap sebagai figur yang terlalu sempurna untuk dicontoh, bahkan terlalu jauh untuk diterapkan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini memperlihatkan adanya jarak yang seolah-olah tak mungkin diterapkan oleh umatnya. Nabi Muhammad SAW menjadi sosok yang demikian agung hingga menafikkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah tokoh nyata yang pernah hidup dan merupakan manusia biasa seperti umatnya.

Sebagai penutup dari para nabi, Nabi Muhammad SAW adalah salah seorang hamba dari hamba-hamba Allah SWT yang lain. Oleh karena beliau seorang hamba, maka Rasulullah SAW memiliki ciri yang sama dengan manusia yang lain. Rasulullah SAW lahir dan wafat, makan dan minum, mengalami sehat dan sakit, bekerja dan berda’wah bahkan juga tidur untuk melepas lelahnya sama seperti manusia lainnya.

Sebagai sebagai seorang nabi dan rasul, Muhammad SAW memiliki tugas menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Allah dan menjadi pemimpin umat. Perjalanan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul dalam menyampaikan da’wah dapat dilihat dari da’wah-da’wah beliau dalam fiqh da’wah, sedangkan fiqh ahkam (hukum) bersumber dari perilaku beliau.

II. Keutamaan Rasulullah SAW

Nabi Muhammad SAW memiliki ciri-ciri yang khusus yang tidak dimiliki oleh rasul yang lain antara lain sebagai nabi penutup, penghapus risalah sebelumnya, membenarkan nabi sebelumnya, menyempurnakan risalah, diperuntukkan bagi seluruh alam dan sebagai rahmat bagi alam semesta. Al Qur’an menyebut Rasulullah SAW sebagai diri teladan yang baik.
“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah SAW teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat dari Allah dan datangnya hari kiamat, dia banyak menyebut asma Allah”. (QS. Al Ahzab (33) : 21)

Adapun tujuan Rasulullah Muhammad SAW diutus ke dunia disebutkan dalam hadits. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia”. (HR. Muslim).

Pembinaan akhlaq ini melalui da’wah, karena dalam QS. Al Ahzab (33) : 45-46, Rasulullah SAW diperintahkan untuk mengajak manusia ke jalan yang benar. Peran beliau berdasarkan isi surat tersebut adalah:

1. Menjadi saksi bagi manusia
2. Membawa kabar/berita gembira
3. Memberi peringatan
4. Menyeru ke jalan Allah
5. Cahaya yang menerangi

III. Sifat dan Akhlaq Rasulullah SAW

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah SAW suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat dari Allah dan datangnya hari kiamat, dan dia banyak menyebut asma Allah”. (QS. Al Ahzab (33) : 21

Itulah sebabnya mengenali sifat Rasulullah SAW menjadi sangat penting. Dengan mengenali sifat-sifatnya, kita diharapkan dapat menyadari siapa sebenarnya Rasulullah SAW kemudian berusaha mengikuti sifat dan perilaku yang dicontohkan beliau.

Sebagai nabi penutup, Rasulullah SAW memiliki beberapa sifat-sifat dasar yang agung diantaranya:

1. Manusia (Al Basyariyah)

Rasulullah merupakan manusia biasa seperti kita semua. Perbedaannya Allah SWT memberikan wahyu untuk disampaikan kepada orang lain. Dengan keyakinan ini sebenarnya mengantarkan kita bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk menolak perintah Rasulullah SAW. Tidak ada alasan tidak mampu apalagi tidak mungkin, karena Rasulullah juga memiliki tanggungan seperti layaknya manusia biasa seperti bekerja, memiliki istri, anak bahkan beliau mendapat tambahan amanah yang lebih berat yaitu mendidik manusia dan memimpin mereka. (QS. Ibrahim (14) : 11)

2. Terpelihara dari Kesalahan (Al ‘Ishmah)

Oleh karena Rasulullah SAW adalah manusi pilihan maka beliau dilebihkan oleh Allah SWT terpelihara dari kesalahan. Hal ini perlu karena yang disampaikannya adalah amanah dari Allah sehingga Allah perlu memelihara aturan dan firman-Nya dari kesalahan. (QS. Al Maidah (5) : 67)

3. Benar (As Shidq)

Orang yang membawa kebenaran tentunya ia sendiri harus memiliki sifat shidq sehingga apa yang disampaikan dapat diterima oleh manusia. Selain itu karena sifat shidq, Rasulullah tidak berbicara mengikuti hawa nafsunya. Beliau berkata yang benar dan bermanfaat saja. (QS. Al Najm (53) : 3-4).

4. Cerdas (Al Fathonah)

Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat dari jawaban atas pertanyaan para sahabat maupun orang lain, cara Rasulullah dapat menyelesaikan masalah, ataupun dalam menyusun strategi da’wah. (QS. Al Fath (48) : 27)

5. Amanah (Al Amanah)

Amanah secara umum berarti bertanggung jawab terhadap apa yang dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan keadilan, memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang telah disepakati. (QS. An Nisaa’ (4) : 58)

6. Menyampaikan (At Tabligh)

Kewajiban Rasulullah SAW adalah menyampaikan perintah Allah kepada manusia, kemudian manusia berkewajiban pula menyampaikan risalah ini kepada siapa saja yang mau menerimanya. (QS. Al Maidah (5) : 67)

7. Komitmen (Al Iltizam)

Rasulullah dan para sahabat selalu mencontohkan sikap untuk selalu komit terhadap Islam, walaupun diterpa cobaan yang bertubi-tubi. Dengan adanya Iltizam inilah maka nilai-nilai Islam akan selalu terpelihara. (QS. Al Israa’ (17) : 74). Tanpa Iltizam maka godaan syaithan dan gangguan orang kafir akan mudah menggoncang kita. Kita jadi mudah tergelincir karena kita tidak punya benteng iltizam.

IV. Akhlaq yang Mulia (‘Alaa Khuluqin ‘Azhim)

Sebagai seorang nabi dan rasul, Muhammad SAW memiliki kekhasan. Dari segi fisik, wajah beliau selalu cerah-ceria, jernih dan menyenangkan siapapun yang menatapnya. Beliau selalu menjadi orang paling awal dalam berbuat kebaikan.

Ali ra. pernah berkata tentang beliau, “Beliau bukan orang yang tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Perawakannya sedang-sedang saja, rambutnya tidak lurus dan tidak pula keriting, rambutnya hitam dan lebat, badannya tidak gemuk dan tidak pula kurus, wajahnya oval, kedua matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendiannya kokoh, bahunya bidang, wajahnya selalu berseri-seri. Diantara bahunya ada tanda kenabian. Siapapun yang memandangnya akan segan padanya, siapapun yang bergaul dengannya akan menciantainya”. Kemudian Ali ra. menambahkan, “Aku tidak pernah melihat orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya”.

Rasulullah memiliki sifat-sifat yang mulia. Beliau sangat tawadhu. Beliau tidak tersentuh sedikitpun akan kesombongan. Beliau tidak ingin orang berdiri untuk menyambut kedatangannya dan beliau juga tidak menginginkan diistimewakan tempatnya.

Selain itu juga beliau adalah manusia yang sangat pemberani dan memiliki sifat patriotisme yang luar biasa. Sifat ini ditunjang dengan kekuatan fisik. Tak sulit menemukan beliau dalam pertempuran. Beliau selau berada di posisi terdepan. Ali ra. berkata, “jika kami dikepung, ketakutan dan bahaya maka kami berlindung kepada Rasulullah SAW. Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau”.

Beliau juga memiliki sifat kedermawanan, beliau memberi kepada siapa pun yang meminta. Ibnu Abbas ra. berkata, “Nabi SAW dalah orang yang paling murah hati.

Sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah SAW menggambarkan akhlaq yang mulia. Akhlaq ini tentu tidak begitu saja ada namun perlu proses dan latihan. Kisah rasul menjadi penggembala sebelum menerima amanah kerasulan merupakan latihan beliau untuk memupuk jiwa pemimpin, kesabaran, keuletan, kepekaan, tanggung jawab. (QS. Qalam (68) : 4, Al Ahzab (33) : 21)

V. Teladan yang Baik (Uswatun Hasanah)

Rasulullah merupakan contoh nyata bagi umat Islam bila ingin berakhlaq mulia. Beliau adalah orang paling aktif memenuhi janjinya, paling dapat dipegang seluruh ucapannya, penyambung tali silaturahim, paling penyayang dan bersikap lemah lembut terhadap orang lain, paling bagus pergaulannya, sabar menghadapi kekasaran orang lain, bijaksana dalam menghadapi kekasaran orang lain.

Bila kita ingin mengikutinya maka interaksi kita dengan Al Qur’an semakin diperdalam dan perilaku yang dicontohkan Rasulullah SAW diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (QS. Al Ahzab (33) : 21). Dengan demikian kita baru dapat dikatakan meneladani Rasulullah SAW.
Referensi :

1. Ma’rifatul Rasul, DR. Irwan Prayitno
2. Siroh Nabawiyah, DR. Ramadhan Al Buthi
3. Ar rasul, Said Hawwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar